Selenting ide di kantor

Bicara dengan bapak-bapak disitu, saya menawarkan sebuah gagasan yang mungkin bisa di lakukan.

Kita mencetak tabib.

Berawal dari orang-orang yang lulus SMA, atau ada keinginan ber-enterpreneurship di bidang kesehatan. Kita akan didik mereka dalam waktu satu tahun agar dapat memiliki ketrampilan mengobati. Di harapkan dari pendidikan ini tidak seperti dokter spesialis yang sudah terspesifik ke-ilmu-annya, melainkan seseorang yang memiliki kemampuan lebih luas tetapi sifatnya lebih umum. Seperti ketrampilan :

  • Menjahit luka
  • Menyuntik
  • Menangani Kelahiran
  • Menangani Kematian
  • Menangani luka bakar
  • Pertolongan Pertama
  • Dasar farmakologi
  • Pengetahuan herbal
  • dll..

Tentunya GN akan mempunyai potensi pasar yang lebih luas dan mendapatkan market share yang lebih besar.

Mungkin dana akan menjadi masalah, karena UUD gimana ujung-ujungnya duit. Tapi kalau kita memang meniatkan untuk mengembangkan thibbun nabawi ini, kita dapat memanfaatkan dana pemerintah yang di alokasikan untuk pendidikan non sekolah. Asalkan kita bisa menyiapkan kurikulum dan segala kebutuhannya dana ini bisa di cairkan ke kita.

Untuk setelah 'pendidikan', kita harus juga memikirkan bagaimana ke-entrepreneur-ship an mereka. Dan ini tentunya kita harus bekali dengan ilmu juga, dan yang bisa di lakukan adalah meniru konsep microfinancing. Yaitu kita menyediakan dana atau lebih tepatnya lagi menyalurkan dana dari organisasi-organisasi seperti www.kiva.org. Atau kalo perlu kita buat juga organisasi semacam kiva tsb.

Mari kita diskusikan kemungkinan ini.

Just a thought.

Irza Pulungan.

Tidak ada komentar: